Sejarah gemilang Baca Tulis
Baitul Hikmah, sebagai sebuah perpustakaan pada zaman khalifah Harun al-Rasyid di
Untuk mempermudah penelususran di Baitul Hikmah, yang mana telah dikelola layaknya perpustakaan modern. Koleksi buku diklasifikasi menurut isinya. Tiap bagian koleksi, mempunyai pengelola dan pengawas tersendiri. Klasifikasi koleksi Baitul Hikmah meliputi:
1. Fisika
2. Filsafat dan logika
3. Astronomi
4. Agraria dan pertanian
5. Matematika dan teknik
6. Musik
7. Kimia
Pada masa al-Ma’mun Baitul Hikmah telah menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia. Yang mana memiliki koleksi yang berasal dari Yunani dan
Berkat pengelolaan dan sarana buku yang memadai Ibnu Sina dapat dapat leluasa belajar ke perpustakaan istana Samani yang besar nama lain dari Baitul Hikmah. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;
“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.”
Melihat sepanggalah dari pernyataan Ibnu Sina diatas membuktikan bahwa pada abad ke 10 perpustakaan islam sudah berkembang begitu pesatnya.
Ummat Islam saatnya bergerak
Warisan ilmu pengetahuan yang begitu berjubel dari masa-ke masa. Beratus ribu kitab telah dikarang dan dipublikasikan yang mana semua bertujuan untuk kelangsungan kehidupan dalam menjalinkan misi kekhalifan di dunia ini. Maka saharusnya sebagi umat yang besar, kegiatan baca tulis adalah kegiatan yang menjadi sebuah kebiasaan, atau hoby tentunya. Karya yang telah lalu tidak akan berguna apabila tidak dibaca atau bahkan diteliti lebih lanjut dan kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan .
Ummat islam runtuh karena kegiatan keilmuan sudah mulai ditinggalkan. Yang mana disibukkan hanya pada masalah harta dan jabatan. Salah satu indikasi adalah mulai lunturnya kegiatan membaca dan menulis. Orang disibukkan dengan berbagai macam aktivitas yang tidak bermanfaat, seperti berdiskusi tanpa tujuan yang jelas, bekerja secara berlebihan tanpa ada waktu untuk belajar, remaja yang sibuk dengan game, dan hoby-hoby mereka yang melupakan kegiatan belajar.
Memang belajar tak selamanya hanya baca tulis, namun membaca dan menulis merupakan sebuah awal dan dasar dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Karena membaca adalah sebuah pekerjaan menerjemahkan sebuah informasi dari luar sehingga mampu dicerna oleh otak pada akhirnya menghasilkan sebuah pemahaman akan ilmu tersebut. Mustahil sebuah pembelajaran akan efektif dan berhasil tanpa adanya kegiatan baca tulis, dikarenakan seseorang akan dapat mengerti dan faham terhadap sesuatu jika diawali dengan membaca, kemudian diikuti analisa baru mengenai hal yang diterima itu.
Sedangkan menulis adalah sebuah rangkaian kegiatan untuk memvisualisasikan dalam bentuk huruf, segala yang telah dipahami atau dipelajari. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam usaha belajarnya adalah dibuktikan dengan tulisan. Hasil karya tulisan selain bentuk dari wujud kefahaman seseorang juga wujud kepedulian akan sebuah ilmu pengetahuan. Karena dengan adanya tulisan yang dihasilkan maka ikut dalam usaha melestarikan ilmu pengetahuan
Bagi ummat Islam kegiatan tulis menulis telah dicontohkan oleh para ulama, yang dengan tangannya menghasilkan beratus kitab, bisa dibayangkan tanpa adanya sebuah media cetak seperti sekarang ini para ulama salaf dapat mengaplikasikan dan menuangkan ide-idenya pada lembaran-lembaran, tanpa adanya sebuah keluh kesah. Bagaimana dengan keadaan sekarang…. ?? dengan berbagai kemajuan justru ummat Islam tidak semakin terpupuk jiwa kelimuannya.
Lunturnya kegiatan baca tulis ummat Islam merupakan sebuah hal yang patut untuk tidak dilanjutkan, karena akan berdampak semakin mundurnya peradaban islam, dan semakin hancurnya tatanan dunia ini. Hal ini karena ummat sudah merasa cukup puas atas hasil karya yang telah ada, merasa minder untuk menulis, sibuk atas urusan masing-masing, sehingga baca tulis menjadi kegiatan yang eksklusif. Muncul pandangan bahwa kegiatan baca tulis sudah bukan lagi menjadi hal yang perlu dilakasanakan dan diperhatikan, namun menjadi sebuah kegiatan yang tanpa guna dan hanya menghabiskan waktu belaka.
Nilai penting kegiatan baca tulis dalam islam
Kegiatan baca tulis adalah kegiatan yang memiliki nilai besar dalam agama islam. Ini terbukti dari wahyu pertama yang turun adalah perintah untuk membaca. Dari perintah tersebut, Jadi kegiatan membaca adalah sebuah langkah awal dalam menuju ke sebuah gerbang pemahaman yang sesuai dengan kaidah. Maksudnya adalah pemahaman yang terjadi setalah membaca adalah pemahaman yang memiliki landasan atau dasar, sehingga tidak hanya sekedar prasangka atau sebuah pemahaman yang tanpa makna.
Kepentingan dan muara kegiatan baca tulis dalam islam tentunya berbeda dengan konsep lain. Dalam islam kegiatan baca tulis tidak hanya sekedar penerjemahan pemahaman namun juga sebagai sebuah bentuk pengahamabaan terhadap sang kholik. Sehingga ketika orang semakin banyak membaca dan menulis maka ia akan semakin mengenali jati dirinya. Bahwa sebenarnya manusia hanyalah seorang hamba, yang dicipatakan dan dijalankan oleh sang Kholiknya, sehingga tidak pantas seseorang sombong atas hasil dan upaya yang telah dilakuakan, mengingat semua itu hanya pemberian.
Melihat dari muara akhir sebuah kegiatan tulis menulis dalam islam yang terjabar diatas, maka sebenarnya kegiatan tulis menulis adalah kegiatan yang mulia, karena akan menaikkan derajat manusia di sisi tuhannya. Berbeda dengan konsep pemahaman diluar Islam yang mana ilmu pengetahuan atau kegiatan belajar akan berujung pada sebuah prestise, atau sebuah materi dan tidak memiliki nilai tambah untuk kebutuhan ruhaninya. Kegiatan baca tulis hanya berhenti pada hubungan antara manuasia, namun didalam islam kegiatan tersebut dinilai lebih dari tersebut, yaitu selain hubungan dengan manusia juga hubungan antar manusia dan pencipta.
Serta dengan demikian maka ketika sebuah ilmu pengetahuan dikembangkan oleh ummat islam maka muaranya adalah untuk kemaslahatan ummat dan akan bernilai ibadah tentunya. Karena ummat islam memiliki rambu-rambu yang jelas yang telah digariskan dalam kitab Alquran. Dan dalam islam tidak dibenarkan ketika seseorang telah memiliki karya tulis dan meguasai sebuah cabang ilmu pengetahuan kemudian diselewengkan untuk kegiatan yang merusak, serta berlaku sombong atas keilmuannya tersebut. Namun ketika dalam suatu keadaan ketika ada salah satu dari ummat Islam yang memiki pengetahuan dan disalah gunakan, maka sebenarnya ia belum mengerti dan melaksanakan makna dan hakekat sebuah pembelajaran dan amaliyah dalam Islam.
Selain itu perkembangan teknologi informasi mengakibatkan anak-anak muda lebih senang untuk hidup having fun, tanpa mau untuk bersusah payah membaca dan belajar, apalagi menulis. Hal ini bukan salah dari perkembangan teknologi, namun justru sebagai ummat Islam harus sadar dan segera kembali ke Al quran. Janagn terlalu gampang untuk menerima suatu pemahaman tanpa dalil dan sumber yang jelas.
Maka yang menjadi ketakuatan para musush Islam adalah ketika ummat Islam telah tumbuh kembali kebiasaan belajar, membaca dan menulis. Karena dengan belajar, baca dan tulis maka ummat islam akan semakin tahu dan paham akan sejarah islam, hukum Islam, dan sebagainya dan berdamapak akan memperkokoh persatuan dan membangun kembali peradaban islam, yang berarti kehancuran para pembenci islam.
Sehingga para pembenci Islam berusaha semaksimal mungkin agar ummat Islam untuk tidak lagi membaca dan menulis, terutama membaca dan menulis kembali pemahamannya tentang alqur’an. Karena alquran adalah sumber rujukan paling lengkap. Ketika orang sudah merujuk pada Alquran maka keilmiahan dan kebenarnyya dapat di pertangung jawabkan. Selian itu para pembenci membanjiri media dengan bacaan yang menjauhkan terhadap ajaran Islam, sehingga lupa untuk memepelajari islam secara mendalam.
Maka perlu diingat bahwa kegiatan belajar yang didalamnya adalah kegiatan baca tulis merupakan pembangun peradaban Islam, dan kemaslahatan ummat. Telah diwariskan oleh ulama yang terdahulu bahwa menulis adalah sebuah kebutuhan dan membaca adalah sebuah keharusan, terbukti semangat para ulama untuk menuangkan karya-karyanya yang pada akhirnya menjadi rujukan para ilmuan sekarang. Mereka mengubah dan mengukir sejarah dengan pena.
Seyogyanya sebagai generasi penerus, kegiatan tulis menulis harus dipupuk dan dilestarikan sebagai wujud sumbangsih terhadap kemajuan zaman, dan lebih dari itu adalah sebagai sebuah wujud ubudiyah kepada Allah SWT. Jangan hanya sebagai pelaku sejarah namun bertidaklah sebagai pengukir sejarah. Dengan pena, bangun peradaban raih kemenangan haikiki. Belajar adalah mulia, membaca adalah kepatuhan dan menulis adalah kebutuhan
Rujukan :
http://myasir83.multiply.com/journal/item/114
http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/01/biografi-ibnu-sina.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar