Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar
Terjemah :
Tak ijo royo-royo : di lihat hijau sekali
Tak sengguh temanten anyar : saya kira pengantin baru
Dimana sebelumnya telah diungkapkan bahwa, di dunia ini ibarat menanam padi. Maka inilah saat yang menyenangkan bagi petani. Saat padi telah tumbuh menghijau, hatipun menjadi senang. Padahal belum tahu apakah kelak padi yang ditanam akan berbuah atau justru terserang hama, atau justru malah terkena bencana. Namun optimisme harus tetap ada. Demikian orang hidup didunia ketika diberi akal, diberi kesempatan berkarya, beribadah, maka serasa bahwadengan ketaatan yang sekarang dianugrahkan sudah dapat untuk membeli surga dan akhir kehidupan yang khusnul khotimah. Namun optimisme harus tetap dibangun, yang jelas kita sudah berusaha untuk hidup sesuai dengan prosedur yang telah di gariskan oleh Allah SWT. Dan kelak akhir hidup kita seperti apa, kita serahkan sepenuhnya pada Allah SWT.
Saat amanah umur semakin dikurangi, nikmat dikurangi, atau bahkan ketika rasa taat ditambah, atau ketika rizky ditambah. Maka seharusnya kita semakin bertambah ingat dan ibadah kita kepada Allah SWT. Bahwa Allah itu kuoso untuk mewarnai duniua seisinya ini sesuai kehendaknya, maka agar kita selamat, jadilah hamba yang sejati. Satukan lah keinginan kita dengan keinginan Allah SWT. Tentunya dengan menyelaraskan segala tingkah laku kita sesuai dengan ajaran Islam. Maka ketika kita hanya manut pada nafsu kita dan lebih-lebih berprasangka buruk atas ketentuan Allah SWT maka sesungguhnya haln ini akan membawa kejurang kehancuran. Sebagus apapun kehendak kita, ketika tolok ukur hanya nafsu maka tunggulah saat kehancurannya.
Ingat dunia ini milik Allah SWT, maka kita yang dititipi, dipasrrahi harus ikut aturan yang menitipi. Ibarat kita dititipi sepeda motor, maka kita harus mengikuti petunjuk si pemilik sepeda motor dan tidak membuat aturan sendiri. Ketika itu terjadi maka sebenarnya kita sudah menyalahi tata krama, sudah diberi tapi justru membelakangi / membenci. Sikap yang kurang ajar, yang tidak sepatutnya dimiki oleh hamba yang mengakui Allah sebagai Rabb-nya, pengatur dan bendoronya
Dan Gusti Allah tidak bisa hanya kita jadikan pengeran hanya disaat sholat, menikah, terganggu jin, terjadi bencana, dimasjid atau saat dikuburan. Dunia ini milik Allah, yang menciptakan Allah, yang akan melebur Allah, yang dapat membolak-balikkan Allah. Sehingga kita tidak pantas bersikap mendikotomikan antara urusan ibadah dengan sosial.
Dan ketika kita mau melaksanakan kehidupan ini sesuai kehendak-Nya maka kita akan seperti temanten anyar. Namun ketika kita tidak mau mengikuti jalur Allah maka kita tidak akan dapat menjadi temanten anyar ,merasakannya pun tidak.......!!!!. kita tinggal memilih mana yang dikehendaki. Seluruh aturan sudah jelas, maukah untuk melaksanakan, memang peraturan itu tak selamanya enak. Kita terkekang, serasa tidak boleh kemana-mana. Namun justru dengan demikian akan menjadikan tingginya derajat kemnusian / penghambaan.
Layaknya temanten anyar, tidak boleh keluar, makan dilayani, dapat pasangan yang dicintai, kasih sayang yang masih fresh, yang jelas semua serba nyaman. Namun memang tidak boleh keluar terlalu jauh, tidak boleh bekerja macam-macam, dan berbagai macam larangan-larangan menurut versi budaya dan adat masing-masing daerah. Maka demikian juga sebagai insan didunia, ketika kita bersedia untuk tidak keluar dari aturan hukum Allah, walaupun pahit, tidak bergaul bebas dengan urusan urusan yang menyibukkan dan melalaikan kepada Allah SWT, singkat kata bersedia untuk tunduk taat, sesungguhnya kita sudah mendaftar untuk dijadikan sebagi temanten anyar. Kita akan berbahagia, merasa senang , selalu diberi rohmat yang selalu fresh oleh Allah SWT. Dan hal itu akan kita lakukan dan rasakan jika kita mengetahui , mengerti, dan melaksanakan hakekat kehambaan kita.
Memang berat dan berbagai macam tantangan akan kita terima jika kita mengikuti jalur allah SWT, seperti layaknya seseorang sebelum menjadi pengantin baru, berbagai syarat dan usaha serta biaya dikeluarkan. Sama halnya ketika kita ingin memperoleh pangkat yang tinggi, kebahagiaan abadi maka tidak mudah pula. Tetapi janganlah berkecil hati, barang siapa berusaha maka ia akan memperoleh. Perlu diingat berdo’a jug salah satu bagian dari ibadah. Ibarat kalau sudah jodoh, maka ma kemana.... itulah prinsip ketika mau menjadi penganten baru, demikan pula di dunia ini.
Dan tiap orang diberikan signal ketuhanan yang berbeda-beda, tiap orang diber informasi ketuhanan berbeda-beda, yang jelas semua yang diberikan pasti sesuai dengan pori diri dan usaha yang telah dilakukan. Walaupun takdir telah tertulis namun kewajiban kita adalah berusaha, beribadah dan hak mutlaq dimiliki Allah SWT. Walaupun berat itulah hakekat kenikmatan menjadi hamba Allah. Dunia ini memang temapt kesusahan, tidak ada kesenangan yang abadi. Saatnya kita berusaha agar dijadikan penganten baru yang akan disandingkan dengan bidadari disurga.
Tak sengguh temanten anyar
Terjemah :
Tak ijo royo-royo : di lihat hijau sekali
Tak sengguh temanten anyar : saya kira pengantin baru
Dimana sebelumnya telah diungkapkan bahwa, di dunia ini ibarat menanam padi. Maka inilah saat yang menyenangkan bagi petani. Saat padi telah tumbuh menghijau, hatipun menjadi senang. Padahal belum tahu apakah kelak padi yang ditanam akan berbuah atau justru terserang hama, atau justru malah terkena bencana. Namun optimisme harus tetap ada. Demikian orang hidup didunia ketika diberi akal, diberi kesempatan berkarya, beribadah, maka serasa bahwadengan ketaatan yang sekarang dianugrahkan sudah dapat untuk membeli surga dan akhir kehidupan yang khusnul khotimah. Namun optimisme harus tetap dibangun, yang jelas kita sudah berusaha untuk hidup sesuai dengan prosedur yang telah di gariskan oleh Allah SWT. Dan kelak akhir hidup kita seperti apa, kita serahkan sepenuhnya pada Allah SWT.
Saat amanah umur semakin dikurangi, nikmat dikurangi, atau bahkan ketika rasa taat ditambah, atau ketika rizky ditambah. Maka seharusnya kita semakin bertambah ingat dan ibadah kita kepada Allah SWT. Bahwa Allah itu kuoso untuk mewarnai duniua seisinya ini sesuai kehendaknya, maka agar kita selamat, jadilah hamba yang sejati. Satukan lah keinginan kita dengan keinginan Allah SWT. Tentunya dengan menyelaraskan segala tingkah laku kita sesuai dengan ajaran Islam. Maka ketika kita hanya manut pada nafsu kita dan lebih-lebih berprasangka buruk atas ketentuan Allah SWT maka sesungguhnya haln ini akan membawa kejurang kehancuran. Sebagus apapun kehendak kita, ketika tolok ukur hanya nafsu maka tunggulah saat kehancurannya.
Ingat dunia ini milik Allah SWT, maka kita yang dititipi, dipasrrahi harus ikut aturan yang menitipi. Ibarat kita dititipi sepeda motor, maka kita harus mengikuti petunjuk si pemilik sepeda motor dan tidak membuat aturan sendiri. Ketika itu terjadi maka sebenarnya kita sudah menyalahi tata krama, sudah diberi tapi justru membelakangi / membenci. Sikap yang kurang ajar, yang tidak sepatutnya dimiki oleh hamba yang mengakui Allah sebagai Rabb-nya, pengatur dan bendoronya
Dan Gusti Allah tidak bisa hanya kita jadikan pengeran hanya disaat sholat, menikah, terganggu jin, terjadi bencana, dimasjid atau saat dikuburan. Dunia ini milik Allah, yang menciptakan Allah, yang akan melebur Allah, yang dapat membolak-balikkan Allah. Sehingga kita tidak pantas bersikap mendikotomikan antara urusan ibadah dengan sosial.
Dan ketika kita mau melaksanakan kehidupan ini sesuai kehendak-Nya maka kita akan seperti temanten anyar. Namun ketika kita tidak mau mengikuti jalur Allah maka kita tidak akan dapat menjadi temanten anyar ,merasakannya pun tidak.......!!!!. kita tinggal memilih mana yang dikehendaki. Seluruh aturan sudah jelas, maukah untuk melaksanakan, memang peraturan itu tak selamanya enak. Kita terkekang, serasa tidak boleh kemana-mana. Namun justru dengan demikian akan menjadikan tingginya derajat kemnusian / penghambaan.
Layaknya temanten anyar, tidak boleh keluar, makan dilayani, dapat pasangan yang dicintai, kasih sayang yang masih fresh, yang jelas semua serba nyaman. Namun memang tidak boleh keluar terlalu jauh, tidak boleh bekerja macam-macam, dan berbagai macam larangan-larangan menurut versi budaya dan adat masing-masing daerah. Maka demikian juga sebagai insan didunia, ketika kita bersedia untuk tidak keluar dari aturan hukum Allah, walaupun pahit, tidak bergaul bebas dengan urusan urusan yang menyibukkan dan melalaikan kepada Allah SWT, singkat kata bersedia untuk tunduk taat, sesungguhnya kita sudah mendaftar untuk dijadikan sebagi temanten anyar. Kita akan berbahagia, merasa senang , selalu diberi rohmat yang selalu fresh oleh Allah SWT. Dan hal itu akan kita lakukan dan rasakan jika kita mengetahui , mengerti, dan melaksanakan hakekat kehambaan kita.
Memang berat dan berbagai macam tantangan akan kita terima jika kita mengikuti jalur allah SWT, seperti layaknya seseorang sebelum menjadi pengantin baru, berbagai syarat dan usaha serta biaya dikeluarkan. Sama halnya ketika kita ingin memperoleh pangkat yang tinggi, kebahagiaan abadi maka tidak mudah pula. Tetapi janganlah berkecil hati, barang siapa berusaha maka ia akan memperoleh. Perlu diingat berdo’a jug salah satu bagian dari ibadah. Ibarat kalau sudah jodoh, maka ma kemana.... itulah prinsip ketika mau menjadi penganten baru, demikan pula di dunia ini.
Dan tiap orang diberikan signal ketuhanan yang berbeda-beda, tiap orang diber informasi ketuhanan berbeda-beda, yang jelas semua yang diberikan pasti sesuai dengan pori diri dan usaha yang telah dilakukan. Walaupun takdir telah tertulis namun kewajiban kita adalah berusaha, beribadah dan hak mutlaq dimiliki Allah SWT. Walaupun berat itulah hakekat kenikmatan menjadi hamba Allah. Dunia ini memang temapt kesusahan, tidak ada kesenangan yang abadi. Saatnya kita berusaha agar dijadikan penganten baru yang akan disandingkan dengan bidadari disurga.
lanjutkan kang
BalasHapus