Bocah-angon bocah angon
Peneknno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno
Kanggo mbasuh dodot iro
Dodot iro dodot iro kumitir bedahing pinggir
nDom mono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung jembar kalangane, mumpung padang rembulane
terjemah :
hai anak gembala,
panjatkanlah belimbing itu.
walau licin panjatlah
untuk membasuh kain mu
Kain mu yang compang-camping
sulam dan jaitlah, untuk pertemuan nanti sore
senyampang ada kesempatan dan masih benderang bulan bersinar
Bocah angon....? siapakah ia. Kanjeng sunan memberikan sebuah isyarah kepada kita, bahwa semua manusia yang hidup di dunia ini, adalah sebagai bocah angon atau anak gembala. Dimana pekerjaannya harus menggembalakan hewan ternaknya.Dimana ia harus beruasah untuk menjaga dan merawat ternak yang digembalakan.
Dalam hal ini pengarang syair memilih bocah, bukan orang tua atau dewasa, hal ini sebagai pengingat bahwa kita semua ini adalah bocah. Yang memiliki orang tua dan wajib berbakti kepada orang tua. Bocah yang masih belum tahu tentang banyak ikhwal sehingga harus banyak belajar.Yang selalu ingin Hidup enak namun tanpa sengsara. dan dimanja. namun keadaan rupanya tidak mengizinkan semua itu. Karena ia dipaksa untuk angon, yang harus bergumul dengan kesusahan, panas keringat dan beban atas hewan-hewan ternaknya.Demikia pula manusia yang sebenarnya sebagi penghuni surga, yang hidup serba enak, dimanja bidadari, namun Allah manakdirkan untuk hidup di dunia yang sengsara ini yang harus bersusah payah.
Dan di sadari atau tidak kita memiliki watak bocah yaitu watak yang menjengkelkan atau nakal sehingga memerlukan bimbingan dan arahan selalu. maka ketika kita telah sadar tidak lain yang kita cari adalah pembimbing, dan guru sejati atau sejatine guru agar kita amenjadi bocah yang terdidik sehingga mampu mengemban amanah sebagai kholifah fil ardli dan sebagai kawula gusti, pembimbing dan guru sejati serta sejati guru yaitu rosulullah SAW. maka sadarkah kita akan hal itu...
Bocah Angon disuruh juragan atau orang tua untuk mengembalakan ternak yang kemudian jika telah waktunya telah sore ia harus pulang untuk mengandangkan hewan ternaknya. dan ketika ternak yang digembalakan gemuk-gemuk dan Terurus dengan baik maka ia akan mendapat hadiah, dan jika ternak yang digembalakannya kurus-kurus maka ia akan mendapat marah dari sang juragan atau oarang tua.
Itulah tentang gambaran dari kehidupan. kita diamanahi untuk angon atau mengembala segala yang telah diamanahkan Allah SWT. Baik berupa anggota tubuh, jabatan, harta, dan lainnya. yang mana jika telah datang ajal maka segala yang di angonkan akan diperhitungkan dan ditanyakan. apajah kita atelah mengarahkan potensi, dan segala yang diamanahkan kejalan yang benar. jalan yang telah ditentukan dalam alquran dan al hadist.
Dan harus dapat menjaga barang yang di amanahkan agar tidak menjadi barang yang rusak. yang digunakankan secara serampangan. dan jangan biarkan amanah itu menjamah, memakan serta menggunakan barang-barang yang bathil. Yang akan berdampak pada sikap, perilaku diri, sehingga menjadi diri yang beringas, terhalang dalam memandang kebenaran . Dikarenakan atas pengaruh makan yang diberikan serta perlakukan yang tidak sesuai dengan dawuh atau perintah sang juragan ( Allah ).
Tangan, jabatan, harta yang dianugrahkan serta waktu, ketika dapat mengatur ( angon ) dengan baik sesuai dengan syariat maka akan menguntungkan. Namun kitka disia-siakan justru maka akan merugikan. Bagaimanapun juga semua itu adalah amanah maka harus dijaga. Kesempatan hanya datang satu kali, dan setiap masalah yang dihadapkan pada seseorang pasti memiliki keunikan dan pesan. Sumber dan penyelesaian setiap masalah yang ditimpakan pada diri sesorang terletak pada diri orang tersebut tidak ada pada diri orang lain, ketika ada sekalipun itu hanya sebagai sebuah efek / dampak dan perantara.
Amanah yang diserahkan kepada manusia, dengan berbagai macam bentuk dan kadar kesulitan pasti memiliki manfaat dan pasti tersirat ayat-ayat allah yang apabila dapat dibaca maka sungguh besar fungsi dan manfaatnya. maka ketika bocah angon bersedia untuk mempelajari dan mengamalkan pesan yang tertuang disetiap tingkah dan ikhwal dalam gerak angonnya maka akan memiliki dampak kesuksesan yang besar. Namun ketika ayat-ayat yeng terlukis pada setiap relik dari amanah itu terabaikan maka hidup ini hanya akan terasa hambar.
Kesempatan angon yang hanya sekali, maka seharusnya tiap perjalanan dan tiap detik harus bermakna. Kebermaknaan ini akan membawa dampak kedewasaan, yang mana ketika kedawsaan itu ada,dan dapat mengerahkan segala apa yang diamanahakan menuju susanana perjalanan ilahi serta dapat mengambil manfaat dari pesan pada setiap detak nafas dan langkah maka tidak hanya sekadar kepuasan angon yang dalam bentuk surga dan derajat pahala namun sebuah manisnya posisi kehambaan dan perjumpaan dengan sang juragan ( Allah ) yang tak tergambarkan kenikmatan dan kegembiraannya.
Bocah angon, sebagai pemimpin yang diangon maka ia memposisikan dirinya di belakang, namun paling depan jika ternak yang digembalakan berjalan tidak sesuai aturan, serta akan ditengah jika sekawanan ternaknya ada yang saling menyeruduk, lalu akan kembali lagi ke belakang.. begitulah seharusnya seorang pemimpin........
Ditengah sibuknya bocah angon mengemban amanah untuk menjaga gembalaan, masih disuruh dan dipaksa pula untuk memanjat belimbing. yang mana akan digunakan akan digunakan untuk mbasuh dodot. Dodot adalah kain batik yang besar dan panjang dan hanya digunakan untuk pakaian dikala acara resmi dan sakral, atau saat pisowanan. Dan blimbing yang merupakan buah dengan bentu segi 5, serta memiliki tekstur kulit pohon yang sangat licin jika waktu musim hujan.
Memanjat adalah bukan pekerjaan yang mudah, membutuhkan upaya dan keberanian, serta demikianlah gambaran kehidupan di dunia. Manusia di turunkan di dunia untuk beribadah, maka ketika manusia berusaha untuk selalu mendedikasikan dirinya untuk beribadah maka ia berusaha untuk memanjat tegaknya pohon nafsu dan kecintaan dunia demi meraih manisnya iman dan manisnya menjadi kawulo, yang seperti manisnya buah belimbing.
Namun perlu diingat bahwa pohon yang dijadikan lantaran untuk meraih buah kema'rifatan sangat licin. Sehingga banyak manusia yang terpeleset saat proses perajalannya menuju sang pencipta bahkan banyak pula yang urung untuk memanjat melihat sulitnya menjadi kawulo yag sejati. Ada pula manusia yang tidak mengatuhi akan manisnya buah belimbing kema'rifatan sehingga engggan untuk melakukan perjalanan menuju sang ilahi.
Segala ubudiyah yang dilakukan akan digunakan sebagai sarana penyuci segala amal yang di umpamakan dodot, yang akan digunakan untuk menghadap atau sebo pada saat di alam kubur atau digambarkan di sore hari.Dodot yang berupa segala amal yang kita lakukan tentu jauh dari kesempurnaan, dodot sebagai pakaian yang menyelimuti tubuh, maka seperti kesempatan dan waktu yang selalu tersandang kemana-mana, tentu kadang tercampakkan kadang robek karena saat sedang angon, maka perlu disulam dan dibasuh dengan dzikir dan sifat kumawulo yang merupakan hasil riyadloh dalam usaha memanjat pohon kema'rifatan.
Jadikan semua kesengsaraan saat angon. Dan licinnya memanjat blimbing, Rusak dan kotornya dodot amaliyah mejadi peyemanga kita untuk terus berjuang menjadi bocah angon yang terbaik dan kawulo yang tahu diri dan posisi. Ditengah kesadaran akan rasa kesengsaraan maka akan tumbuh rasa butuh kepada sang pencipta yang mana tidak dianugrahkan pada setiap manusia yang masih memiliki rasa sombong atas banyaknya gembalaan, kain yang dihadiahkan, padahal semua itu hanyalah titipan dan akan diminta pertanggung jawaban. Yang tidak menyadari bahwa waktu angon semakin sempit dan sore, sehingga dengan segenab riyadloh,membangun kesadaran dan waspodo menjadi bocah angon yang tawadluk dan tidak mengAkukan pada setiap amalan yang sepenuh hati bahwa setiap amaliyah yang dikerjakan adalah atas anugrah dari gusti Allah bukan semata karena sebab amal yang telah dilakukan .
Keadaan yang susah payah dalam meraih manisnya belimbing kemakrifatan jangan dijadikan alasan dalam tidak menunaikan semua perintah. Coba lihat langit disana rembulan masih bersinar terang. Yang mana para wali pembuat tembang menggambarkan ulama sebagi rembulan yang menyinari gelapnya malam. Maka bergegaslah mencari guru.agar dapat segera memperoleh penyemangat, teman dan obat ketika terjatuh dari memanjat pohon ubudiyah. Dan penerang, saat hatimu gundah ketiaka nagon, atau terpeleset sehingga badan manjadi sakait.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar