SESANTI

SURA DIRA JAYANINGRAT LEBUR DENING PANGASTUTI

Minggu, 11 Juli 2010

Dari warung makan ke perpustakaan

Minat baca itu...?


Membaca, semua orang pasti mengetahui arti dan fungsi serta manfaatnya. Namun ketika ketika menjumpai banyak orang yang tidak gemar membaca atau tidak mau meluangkan waktu untuk membaca, bukan berarti orang tersebut tidak mengetahui guna, manfaat dan resiko yang ditimbulkan, namun belum memilik semangat untuk melawan kehendak diri yang mengarah ke perilaku malas, atau tidak gemar membaca. Dan banyak yang telah mengetahui bahwa membaca adalah bukan pekerjaan mudah, dan memerlukan waktu serta membosankan. Akan tetapi dengan membaca dapat meningkatkan kualitas kerja, rekreasi, mengasah otak, melatih untuk mengatur waktu. Namun disisi lain masih banyak orang yang enggan menyisihkan waktunya untuk membaca, dengan berbagai macam alasan.


Minat baca laksana nafsu makan, maka tergantung dari rasa lapar, kebutuhan makan, jenis makan, selera makan dan sebagainya. Maka sebagai pustakawan, tidak dapat mengubah kebiasaan sesorang dari tidak suka membaca menjadi suka membaca. Seperti itu juga pemilik warung / rumah makan, tidak dapat menyuruh sesorang untuk lapar atau membeli makannya. Namun ia hanya dapat berusaha menarik perhatian dengan mempercantik tampilan warung dan hidangan, menyediakan layanan yang baik, yang mana bertujuan supaya pelanggan tertarik untuk berkunjung. Maka,sebenarnya yang menjadi titik penting adalah bagimana menyediakan menu yang menarik, sehingga pelangga bernafsu untuk makan, baik dalam keadaan lapar maupun tidak lapar, yang jelas penjual tidak mengetahui, yang penjual ketahui hanyalah, pelanggan membutuhkan makanan sehingga dia sebagai penjual. Harus menyediakan makanan yang dipesan dan memberikan pelayanan yang semenarik mungkin.


Demikian pula perpustakaan, pustakawan hanya dapat menyediakan sarana, informasi, dan layanan yang semenarik mungkin, sehingga pemustaka berkenan untuk berkunjung ke perpustakaan. Dan pustakawan tidak mengetahui, apakah pemustaka dalam membaca adalah karena kebutuhan atau hanya untuk mengisi waktu luang, atau alasan lainnya. Karena dengan penataan yang menarik, koleksi yang sesuai dengan kubutuhan, terawat dengan baik, pelayanan yang kekeluargaan, rasa empati pustakawan dan jiwa yang bersahabat. maka akan menumbuhkan minat kunjung dan tentunya akan merangsang sesorang memiliki semangat untuk membaca dan ingin tahu lebih besar.


Sikap sebagai cerminan profesianalitas



Mengapa dalam hal ini sikap bersahabat dan empati sangat dibutuhkan untuk menarik pemustaka? Perpustakaan adalah gudang informasi yang ditata sedimikian rupa sehingga orang awam akan kebingungan saat mencari atau menggunakan koleksi diperpustakaan. Maka selayaknya pustakawan dapat membantu untuk penelususran dan pemilihan bahan pustaka, tidak sekedar hanya menunjukkan tempat koleksi. Dan berempati kepada pemustaka atas permasalah yang dialami. Hal ini dapat menumbuhkan perasaan kepada pengguna bahwa perpustakaan dapat menjadi jalan keluar permasalahannya.


Empati atas permasalahan yang diajukan pemustaka, merupakan sikap yang perlu ditnujukkan pustakawan, dengan tujuan pemustaka merasa dihargai dan dapat mengurangi beban permasalahannya walupun haya sekedar secara psikologis. Pemustaka hadir keperpustakaan karena ada permasalahan, entah disadari atau tidak, besar ataupun kecil. Namun bukan berarti pusatakawan kemudian menghakimi bahwa setiap pemustaka adalah bermasalah yang berkonotasi negatif. Sehingga dengan adanya rasa empati dan saling keterbukaan antara pemustaka dan pustakawan maka terjadi kerjasama yang saling menguntungkan. Pustakawan tidak merasa minder atau terbelakang, atau merasa paling pandai, dan pemustaka pun demikian, tidak akan canggung untuk berkomunikasi kepada pustakawan.


Seperti layaknya seorang pelayan restoran ia akan menghampiri dan menawarkan sekian banyak menu yang ada dengan segala kelebihan dan kelezatan, serta keunikan. Tentunya bagi pustakawan tidak harus bersikap demikian, namun setidaknya jika ada pemustaka yang bertanya dan berkonsultasi, seharusnya dilayani dengan baik dan penuh rasa empati. Sehingga pemustaka akan merasa dihargai, hal ini penting karena akan mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna. Yang mana menjadi tujuan utama dari perpustakaan. Apresiasi yang diberikan kepada pemustaka merupakan cerminan atas loyalitas dan profesionalitas kinerja pustakawan.


Perpustakaan memang dikenal sebagai gudang ilmu pengetahuan, namun bukan berarti sebagai pustakawan kemudian menganggap remeh atau bahkan merasa menggurui terhadap pemustaka yang datang. Disebabkan perasaan yang telah mengetahui banyak pengetahuan. perlu diketahui bahwa pemustaka yang datang memiliki kemampuan dan penguasaan ilmu pengetahuan dengan berbagi tingkatan, bisa jadi lebih pandai dan terampil dari pustakawannya. Maka bukan berarti pula harus bersikap merendah, sehingga merasa bodoh, namun pemustaka yang datang justru dijadikan sebagai teman sharing, dan setiap individu pasti memiliki keunikan dan makna yang akan sangat berarti dan jika dapat memahami, akan berguna baik untuk kinerja maupun program – program perpustakaan.


Ketika hubungan emosional dan saling memberi dan menerima antara pustakwan dan pemustaka, maka informasi akan terdayagunakan secara maksimal dan terkomunikasikan dengan lancar. Hal ini menjadi sebuah indikasi akan keberhasilan kinerja perpustakaan dalam mendistribusikan dan mendayagunakan informasi. Dan hubungan komunikasi ini, harus diawali dari pustakawan, karena bagaimanapun juga pemustaka ibarat pelanggan rumah makan, yang mana harus dijamu, dipersilahkan, dipenuhi kebutuhannya, dihormati, dan tentunya yang memulai untuk menyapa adalah pelayan atau pemilik rumah makan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar