SESANTI

SURA DIRA JAYANINGRAT LEBUR DENING PANGASTUTI

Rabu, 05 Mei 2010

Derap awal

Idul Adha tertunda

Bulan sudah berayun

Menuju akhir waktu

Dzulqo’dah berlalu

Menapaki nafas kehidupan berliku

Seeketika datang secercah langkah

Beberapa lembar dinar menyapa hidup

Rasa ingin duduk di surga

Berharap bersua dengan ilahi

Tapi daya tak sampai

Terbengakalai

Terhalang jumlah tak memadai

Takdirkah ini yang merana

Tapi harus tak mengapa

Dimana ladang nikmat terbentang kuat

Menanti tangan asa dan cinta

Kalaupun laukhil mahfuz

Telah di ukir janji

Pasti kan ada tahun ini

Idul adha yang tertunda

Menancapkan pisau dileher kebodohan

Menyembelih kesombongan

Mengucurkan darah nafsu duniawi

Membagi daging, menjemput bidadari

Surabaya, 12 nopember 2009

Bulan bersanding

Bulan benderang, dipandang beribu ujung dunia

Disini orang milihat bulan

Di sebrang ada pula yang merasa memiliki pula

Tak hanya itu

Berkacak pinggang

Bulan yang ku lihat paling benderang

Sukar, sulit, pandai, congkak

Sekelumit hijab membendung kehendak

Tak dimengerti

Tapi bisa dipahami

Suaratan telah menggariskan,

Namun wajib harus ditunaikan

Merngkai bulan

Ditengah egoisme para penikmat malam

Jika telah bersanding

Bersandung

Bersandang

Walaupun ego tertancap kuat

Buah jatidiri berjalan meniti hari

Malam kelam laksana siang menari

Ho..... para penikmat bulan

Pengamat, peneliti sang pelita malam

Leburkan pandangan dan tujuan

Betapa harus hancur badan

Melebur....

Hancur....

Luluh...

Menyatu dalam rengkungan ilahi

Menggapai ma’rifat hakiki

Bersatu, menegakkan takdir

Bersama membangun cita

Surabaya, 12 nopember 2009